Bertemu Sembilan Tokoh Muslim Poso, Kapolda Sulteng : Saya Sudah Turunkan Tim Untuk Investigasi

0
- Advertisement -

POSONEWS, Palu, Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Polisi Drs. Syafril Nursal, secara virtual menerima kunjungan sembilan tokoh muslim Kabupaten Poso yang membawa aspirasi masyarakat Poso.

Mereka diterima langsung Wakapolda Sulteng didampingi Irwasda Polda Sulteng dan beberapa pejabat utama di Ruang rapat Kapolda Sulteng, Senin (8/6/2020)

Ditempat terpisah pertemuan virtual juga menyertakan rombongan keluarga korban penembakan di Kilo 9 Desa Kawende Kecamatan Poso Pesisir Utara Kabupaten Poso yaitu Agus, Fardil dIdampingi Kepala Dusun Sepatuo Yunus.

- Advertisement -

Sembilan tokoh muslim Kabupaten Poso tersebut dipimpin Ketua MUI Kabupaten Poso KH. Arifin Toamaka, H. Adenan Arsal, Abdul Umar, Ustad Amin Adenan, Ustadz Jamil Adenan, Ustadz Hasannudin, Hamzah, Iki Adenan dan satu orang mantan combatan MIT Poso Yudi Parsam,

Dalam pertemuan secara virtual itu sejumlah aspirasi disampaikan tokoh muslim Poso kepada Kapolda Sulteng diantaranya meminta menuntaskan
Operasi Tinombala agar tidak berkepanjangan.

“Selama ini masyarakat merasa tidak aman ke Gunung Biru, karena ketika bertemu kelompok MIT Poso dibunuh dan disembilih. Hal serupa juga terjadi di bawah, masyarakat tidak merasa aman karena dengan adanya rentetan peristiwa yang mengorbankan masyarakat,” kata Ustadz Adenan Arsal.

Adanya pondok pesantren yang tidak sesuai kepentingan masyarakat Poso, kata ustadz Adegan, silahkan tinggalkan Kabupaten Poso dan pihak Kesbangpol Kabupaten Poso harus berani mengambil Tindakan serta Kementerian Agama agar melakukan cek kurikulum Pendidikan pondok pesantren tersebut.

“Mohon diberikan perlindungan kepada anak-anak korban kekerasan di Poso, agar mereka merasa diperhatikan, aparat harus kita dukung jangan sampai negara ini malu karena adanya tindakan oknum yang hanya beberapa gelintir di hutan Poso, sehingga menimbulkan kesan konflik poso ini seolah-olah diperlihara,” ungkapnya.

Sementara itu Ketua MUI Poso, KH. Arifin Toamaka mengatakan, peristiwa Poso dilakukan dua kelompok yaitu Kelompok Gunung Biru dan kelompok bawah, kelompok gunung biru akan diselesaikan oleh Operasi Tinombala, sementara kelompok bawah bagaimana memutus mata rantai atau doktrin-doktrin kepada para simpatisan, demikian juga perlindungan kepada masyarakat sehingga tidak menjadi korban baik oleh kelompok gunung biru maupun adanya kesalahan oknum aparat keamanan.

KH. Arifin berharap, kasus-kasus pembunuhan dengan sadis seperti pemenggalan kepala oleh kelompok MIT, harus segera diselesaikan, demikian juga permasalahan salah tembak juga diproses sesuai hukum yang berlaku.

Menanggapi aspirasi tokoh muslim poso tersebut, Kapolda Sulteng Irjen Polisi Syafril Nursal secara virtual menyebutkan, pelaksanaan operasi Kepolisian di Poso dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2020 banyak hasilnya atau setidaknya ada kurang lebih 165 orang diamankan, baik mereka yang masuk DPO maupun para simpatisan yang diketahui akan naik ke gunung untuk bergabung atau memberikan logistik.

Kapolda menjelaskan, Kabupaten Poso adalah Kabupaten yang sangat subur dan potensial sumber alamnya, tapi sangat disayangkan dengan adanya kelompok yang menamakan dirinya Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso yang memberikan konotasi tidak amannya Kabupaten Poso bahkan Sulawesi Tengah.

“Permasalahan Poso tidak cukup diselesaikan dengan penegakkan hukum oleh Kepolisian bersama TNI, tetapi harus diselesaikan secara komprehensif dengan membangun kehidupan sosial ekonomi dibawah, terutama kepada kelompok-kelompok yang mendoktrin untuk menjadi teroris, sehingga diperlukan penelitian, pengawasan dan pengontrolan,” ujar Syafril, Senin (8/6/2020).

Kapolda berharap tokoh-tokoh agama di Poso untuk bekerjasama secara komprehensif, karena apabila dibiarkan ekses-ekses akan terus terjadi baik korban masyarakat maupun aparat keamanan sendiri.

” Dinamika dalam pelaksanaan operasi, hari ini kita yang kena, besok warga masyarakat yang menjadi korban, kali lain pelaku DPO yang menjadi korban, selama operasi berlangsung maka akan menimbulkan ekses,” ujar Kapolda.

Oleh karena itu kata Kapolda, peran semua pihak termasuk tokoh agama sangat dibutuhkan agar dapat mengakhiri operasi ini dengan cara-cara yang baik, tentunya memerlukan kerjasa semua pihak, yaitu melakukan pendekatan komprehensif, baik dari kementerian pertanian. kementerian kelautan dan kementrian BUMN.

Terhadap kasus Qidam dan dua petani yang tertembak kapolda menegaskan sudah tertangani dengan baik, hanya sempat terganggu karena covid-19 dan bulan puasa.

” Untuk diketahui Pak Irwasda baru saja Kembali dari Poso bersama-sama Komnas HAM Sulteng untuk melakukan investigasi dan hari ini sudah datang ke Sulteng untuk membantu melakukan penyelidikan adalah Tim dari Korp Brimob Yang dipimpin oleh Komandan Pasukan Gegana Korp Brimob Polri Brigjen Pol. Drs. Verdianto Iskandar Bitticaca, AP dan dari Div Propam Polri Yang dipimpin oleh Karo Provos Brigjen Pol. Ramdani Hidayat, SH untuk melakukan penelitian dan pemeriksaan saksi-saksi di Poso,” ungkapnya.

Karena memang dalam pelaksanaan operasi ini tidak hanya personil Polda Sulteng saja yang dilibatkan tetapi juga personil dari Mabes Polri.

“Tindakan olah TKP, pemeriksaan terhadap personil sudah dilakukan, pemeriksaan saksi-saksi sudah dilakukan, termasuk pelaksanaan rekontruksi, kita berharap ini terus bergulir. Kemarin karena terkendala bulan puasa dan covid sehingga penyidik tidak leluasa memanggil orang,” beber Syafril.

Kapolda berharap sebagai pimpinan Polri di Polda Sulteng ini tentu akan selalu menegakkan hukum secara profesional.

“Kalau memang salah ya harus kita katakan salah, supaya kepolisian ini terjaga professionalismenya, kita harus menjaga agar Polri ini tetap professional dan dipercaya oleh masyarakat, makanya saya undang tim dari Korp Brimob dan Divpropam Polri untuk melakukan pemeriksaan disini,” tutup Irjen Polisi Syafril Nursal.

Sebagaimana diketahui serentetan peristiwa terjadi di Bumi Sintuwu Maroso ini dan menewaskan warga sipil, seperti yang terjadi pada 7 April 2020 adanya pembunuhan dengan memotong kepala petani, kemudian tanggal 9 April 2020 adanya orang yang dicurigai dan dilaporkan sehingga dilakukan pencarian dan sesuai protap dilakukan penindakan.

15 April 2020 anggota Polri yang sedang berjaga ditembak, walaupun akhirnya pihak kepolisian berhasil melumpuhkan.

Kemudian terjadi kembali kekerasan dengan memenggal kepala korban di Kilo 9 desa Kawende Poso dan yan terakhir pada tanggal 2 Juni , dua warga kembali menjadi korban karena tertembak juga di Gunung Kawende Kilo 9 Poso Pesisir Utara serta pada Minggu 7 Juni 2020, anggota Polri sementara patroli ditembak yang mengenai bahu saat ini sedang dilakukan perawatan. (*)

- Advertisement -