Ratusan Warga Menyoe Hadiri Kampanye Delis-Djira Karena Sudah Terbukti Karyanya di Pedalaman Wana

0
- Advertisement -

POSONEWS.ID – Masyarakat Desa Menyoe, Kecamatan Mamosalato, menyambut istimewa kehadiran pasangan Cabup-Cawabup Morut Delis Julkarson Hehi – H. Djira dan rombongan di desa itu, Sabtu lalu.(26/10).

Sambutan itu sudah terasa sejak rombongan tiba sekitar pukul 19.00 dari Desa Lijo. Begitu turun dari kendaraan, baik Dokter Delis dan istrinya maupun Haji Djira dielu-elukan warga yang menyambut dengan sukacita.

Suasana itu semakin terasa saat kampanye berlangsung. Sekitar 300 warga memenuhi lokasi baik yang kebagian kursi di tenda, maupun yang berdiri. Bahkan yang menarik ada puluhan warga yang duduk melantai beralaskan terpal.

“Kalau sudah begini suasananya, saya sudah enak tidur,” seloroh Dokter Delis mengawali orasinya malam itu. Kontan disambut tepuk tangan riuh ratusan hadirin.

Ia melanjutkan, desa Menyoe ini sangat berkesan di hatinya. Ini bukan saja karena pasangan Delis-Djira meraih suara terbesar dan menjadi pemenang pada pilkada 2020 lalu di desa ini, tapi juga satu-satunya desa yang pemilihnya rame-rame mengembalikan uang serangan fajar waktu itu.

Hal seperti ini tergolong langka di Indonesia. Masyarakat sangat jujur dan menolak pemberian uang untuk membeli suaranya.

Dokter Delis menegaskan, kemenangan yang diraih pada pilkada 2020 lalu di Menyoe betul-betul murni dukungan rakyat karena tidak mengeluarkan uang sedikitpun untuk membeli suara.

“Ini dukungan murni dari tatua-tatua sampuria. Ini menjadi utang bagi kami untuk berkarya. Makanya saya berusaha keras membangun jalan, jembatan, serta membantu anak-anak di Menyoe bisa bertumbuh, berkembang, dan mendapatkan pendidikan yang layak,” ujarnya.

Terobosan penting lainnya yang dilakukan pemerintahan Delis-Djira pada periode pertama adalah mendorong guru-guru di pedalaman Wana yang hanya tamat SMA untuk kuliah di Universitas Tompotika (Untika) Luwuk.

Karena berdasarkan ketentuan guru-guru yang hanya tamat SMA tidak boleh mengajar lagi karena syaratnya harus sarjana.

“Tapi apa kebijakan saya? Saya kasih kuliah guru-guru di pedalaman Wana, sekarang jumlahnya 54 orang. Biayanya semuanya ditanggung Pemda Morut,” tambahnya.

Selanjutnya, khusus pembangunan jalan dan jembatan dari Tanasumpu ibukota Kecamatan Mamosalato hingga Menyoe, pada tahun pertama sudah dikucurkan dana sebesar Rp 23 milyar termasuk pembangunan jembatan Winangabino yang menelan biaya sebesar Rp 9 milyar.

Pembangunan jalan tersebut kini sangat dirasakan manfaatnya. Jalan antara Lijo – Menyoe yang dulunya bisa ditempuh lebih sepuluh jam, saat ini hanya satu jam.

Program pembangunan jalan dan jembatan di wilayah pedalaman suku Wana akan terus dilakukan sehingga semua desa dan dusun bisa terhubung dengan lancar.

Beberapa tokoh agama dan tokoh adat yang hadir dalam kampanye di Menyoe, menyatakan rasa syukur dan terima kasih atas kehadiran Dokter Delis dan Haji Djira di desa itu.

“Banyaknya masyarakat yang menghadiri kampanye ini juga merupakan bukti kerinduan masyarakat kepada pimpinan yang sudah berbuat banyak untuk masyarakat,” komentar seorang pendeta yang duduk di kursi bagian depan. CHEM