POSONEWS, Poso – “Biar kurakit pesawatku…Rentangkan pelan dua sayapnya..Nyalakan sumbunya hingga terpercik api menari..Lepaskan pengaitnya relakan pergi ke arah bulan..” Potongan syair lagu yang dipopulerkan oleh Memes ini menggambarkan cita-cita seorang pemuda asal Desa Kalora Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng) bernama Muhammad David (35), di tengah masa sulit ekonomi karena pandemi Covid-19.
Muhammad David merakit pesawat jenis ultralight kraf ini, untuk menghilangkan rasa bosan di tengah pandemi Covid-19, yang mengharuskan setiap orang berdiam diri di rumah saja.
Terinspirasi dari kelompok pencinta pesawat jenis ultralight kraf di Eropa yang dilihatnya dari Youtube, Muhammad David memulai uji cobanya merakit pesawat jenis ultralight kraf.
Bermodal sebuah mesin motor Satria tua berkapsitas 120 CC dan sejumlah barang bekas lainnya, alumni SMA Negeri 1 Poso ini intens melakukan perakitan pesawatnya dan berpedoman pada Youtube sebagai guru gawainya.
Diakuinya, merakit sebuah pesawat dengan bahan seadanya bukanlah hal yang mudah, ditambah lagi pandemi Covid-19 memberi ruang gerak terbatas.
“Jujur saya resah, sebagai montir keliling otomatis saya tidak bisa berbuat banyak dalam mengais rejeki, karena adanya pembatasan aktivitas. Tapi dengan sering membuka aplikasi di internet, saya mendapatkan ide untuk meciptakan pesawat rakitan yang matrialnya terbanyak dari bahan bekas,” bebernya.
Muhammad memulai perakitan pesawat jenis ultralight ini dari rangka berbahan besi, sedangkan rangka ekor pesawat terbuat besi kalpanis tipis dan aluminium bekas Parabola dan baling baling terbuat dari kayu cempaka dengan panjang bentangan baling baling 1,15 meter.
“ Lebar sayap 8 meter dan setiap bentangan sayap memiliki berat mencapai 8 kilogram sehingga dua sayap total beratnya mencapai 16 kilogram. Sementara mesin dan ekor mencapai 96 kilogram, sehingga berat total pesawat mencapai 112 kilogram,” rincinya.
Untuk kecapatan terbang, pesawat buatan Muhammad David ini bisa mencapai 30 – 40 km per jam. Selain itu, kecepatan bisa di tambah tergantung cara pemakain tekanan menggas pesawat tersebut.
“Untuk kain sayap kami buat dari kain parasut bekas” tambah Muhammad David.
Pesawat ultralight selesai dirakit dalam tempo yang cukup lama namun yang menjadi kendala bagi Muhammad David adalah melakukan uji terbang, karena dibutuhkan landasan yang pajang dan layak.
Saat ini pesawat rakitan Muhammad David hanya bisa di parkir di halaman rumahnya dan setiap hari mesinnya dipanaskan dan menanti para pihak yang menginjinkan dirinya melakukan uji terbang.
“Saya berharap ada pihak pihak yang bisa membantu, terutama pihak bandara Kasiguncu Poso, untuk dapat mengizinkan landasannya digunakan sebagai media uji terbang pesawat rakitan ini,” imbuhnya.
Sebelum merakit pesawat jenis ultralight kraf ini, , Muhamad David sempat merakit jenis helicopter yang terbuat dari mesin pemotong rumput. Namun, saat ingin menerbangkan atau melakukan uji coba, teryata tidak diizinkan oleh pihak Satgas Operasi Tinombala kala itu, dengan alasan jika diterbangkan akan mengganggu berbagai penerbangan pesawat atau helicopter yang sering melintas di udara wilayah Poso Pesisir.
Karya emas pemuda asal Kabupaten Poso ini, hingga kini belum mendapat perhatian dari pihak berwenang, namun tak sedikit masyarakat melihat secara langsung karyanya dan merekam pesawat rakitan jenis ultra flight ini dan menguploadnya di media social dan viral. (ADI/RHM)