POSONEWS.ID – Tindakan para klaimer terhadap lahan yang dikelola PT Agro Nusa Abadi (ANA) masih terus terjadi. Keprihatinan terhadap maraknya aksi itu tidak cuma membuat perusahaan perkebunan kelapa sawit ini kesulitan beroperasi. Masyarakat juga mengeluh.
Salah satunya seperti disampaikan tokoh masyarakat di desa Towara, Kecamatan Petasia Timur, Morowali Utara. Darwis, pria yang lahir dan besar di desa Towara ini menyayangkan situasi itu. Ia bahkan cemas bila situasi tak terkendali, dampaknya akan dirasakan masyarakat dan desa tempatnya tinggal.
Ia mengenang bagaimana dulu ketika belum adanya perusahaan di sekitaran desa. “Dulu kita tidak bisa lewati jalan ke empang, sekarang sudah bisa enak-enak kita ke empang,” kata Darwis mengenang cerita masa lalu.
Baginya kehadiran PT ANA banyak berjasa bagi masyarakat, khususnya di Desa Towara. Selain pembangunan infrastruktur, dampak positif kehadiran perusahaan mereka rasakan langsung, mulai dari beasiswa pendidikan bagi anak-anak berprestasi, bantuan untuk posyandu, hingga penerimaan manfaat kebun plasma yang dibangun oleh perusahaan.
“Saya secara pribadi merasa prihatin kepada PT ANA ini, dengan begitu banyaknya biaya investasi yang dikeluarkan, kok enak-enaknya orang yang merasa dirinya punya tanah main panen sendiri,” ungkapnya miris.
Ia menyampaikan kegelisahan dan keprihatinannya terhadap apa yang terjadi di PT ANA saat ini. Dengan biaya besar yang sudah dikeluarkan PT ANA apakah cukup untuk mengembalikan biayanya. Selain itu potensi terjadinya konflik horizontal di masyarakat juga menjadi salah satu yang ia cemaskan.
Hal yang sama diungkapkan oleh kepala Desa Towara, Hamri. Sebagai orang nomor satu di Desa Towara ia sungguh menyayangkan kondisi yang terjadi saat ini.
Memang, lahan perkebunan yang masuk di wilayah Desa Towara sendiri saat ini dirasa masih cukup kondusif. Namun ke depan dikhawatirkan riak-riak yang ada semakin membesar apabila tidak segera diambil tindakan penyelesaian yang nyata.
“Makanya kami tidak berhenti untuk membangun komunikasi dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait,” ungkapnya.
Beberapa Langkah antisipasi sudah disiapkan pemerintah desa, namun perlu kehati-hatian dalam mengambil sikap dan penerapannya agar tidak menjadi semakin rumit.
“Saya selaku pemerintah desa sebenarnya mengharapkan agar perkebunan PT. ANA ini bisa kembali kepada kondisi normal seperti sebelumnya,” katanya. Sebab, menurutnya, di perusahaan itu banyak tersandar harapan masyarakat desa Towara.
Menurut Hamri, contoh kebermanfaatan yang dirasakan langsung oleh masyarakatnya adalah hasil pendapatan kebun plasma. Itu yang menjadi harapan agar bagaimana masyarakat bisa lebih menikmati lagi. Selain itu penyerapan tenaga kerja khususnya bagi masyarakat di Desa Towara juga terbuka luas.
Baik Hamri dan juga Darwis menyampaikan harapan agar PT ANA bisa tetap eksis seperti dulu dan terus memberikan manfaat atas kehadirannya di Morowali Utara. CHEM