POSONEWS, Morowali – Salah satu perusahaan tambang galian batuan, yakni PT Graha Istika Utama (GIU) di Desa Tudua, Kecamatan Bungku Tengah, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah akan segera beroperasi.
Menanggapi hal itu, Pemerintah Desa dan BPD menggelar rapat bersama dengan lembaga-lembaga serta masyarakat Desa Tudua, Kecamatan Bungku Tengah, Jum’at malam (07/08/2020).
Rapat itu bertujuan untuk menyamakan persepsi dan sikap pemerintah desa serta masyarakat, terkait rencana penambangan PT GIU. Hasilnya, masyarakat dan pemerintah desa sepakat menolak adanya rencana penambangan perusahaan PT GIU di Desa Tudua, dengan berbagai pertimbangan sebagai dasar penolakan.
Kepala Desa Tudua, Usman Pasida kepada media ini, Sabtu (08/08/2020) menjelaskan bahwa penolakan masyarakat dan aparat desa sangat beralasan karena sebagian besar mata pencahariannya adalah tani, dimana lokasi IUP seperti yang beredar, telah masuk di dalamnya perkebunan warga setempat.
Alasan lain adalah, traumatik bencana alam seperti banjir yang terjadi di wilayah tambang Kecamatan Bahodopi, yang diharapkan tidak terjadi di Desa Tudua. “Di desa kami ini, boleh dikata 90 persen mata pencahariannya adalah petani, dan Alhamdulillah bisa menyekolahkan anak-anak kami sampai sarjana, tadi malam kami menggelar rapat dan semua yang hadir setuju untuk menolak, kami sudah bersyukur atas apa yang kami dapatkan selama ini, kami ini butuh ketenangan,” tuturnya.
Sementara, salah satu tokoh pemuda Desa Tudua, Jabir mengatakan bahwa jika nanti berjalan, dapat mengancam adanya situs sejarah Benteng Fafontofure, dan spot wisata air terjun yang menjadi andalan masyarakat desa Tudua.
“Ada satu objek wisata yang merupakan cagar budaya yang bisa terancam jika perusahaan tersebut berjalan, yaitu Benteng Fafontofure, dan air terjun Bahontomatano, tempat-tempat ini sudah viral di media sosial, sangat disayangkan jika rusak” ungkapnya.
Jabir juga mengatakan, selain spot wisata, di hutan dan perkebunan warga, masih terdapat jenis satwa langka atau dilindungi diantaranya Tarsius. Ia khawatir jika tambang PT GIU beroperasi, akan dapat mengancam keberadaan spesies tersebut.
“Ada beberapa jenis hewan langka yang ada di hutan dan perkebunan warga Tudua, salah satunya adalah Tarsius, ini harus dilindungi, jangan sampai keberadaan tambang bisa mengancam spesiesnya,” jelasnya.
Salah seorang warga lainnya, Ansar yang juga menolak beroperasinya PT GIU menuturkan bahwa ada 4 sumber mata air yang masuk di dalam IUP PT GIU di Desa Tudua, dimana sumber air itu yang digunakan oleh warga desa saat ini.
“Apabila terjadi penambangan oleh PT GIU, maka sumber air kami sudah pasti terancam, itulah alasan kami menolak masuknya PT GIU di desa kami,” tuturnya.
Sebagai salah satu bentuk penolakan terhadap PT GIU, masyarakat Desa Tudua membentangkan kain putih sepanjang kurang lebih 5 meter, yang dibubuhi tanda tangan dukungan masyarakat untuk menolak masuknya PT GIU. (DRM)