POSONEWS, Napu – Seakan tak pernah berhenti membantu masyarakat yang sedang tertimpa musibah, kali ini tim relawan Front Pembela Islam (FPI) bersama Hilal Merah Indonesia (Hilmi) Sulteng dan DPW FPI Poso serta Majelis Taklim Khalid Bin Walid, kembali melakukan aksi kemanusiaan dengan terjun langsung mendatangi lokasi banjir bandang yang menimpa warga di wilayah Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso.
Bahkan untuk menuju lokasi banjir, tidak sedikit tantangan yang dihadapi. Longsor yang menutupi badan jalan, kayu besar yang melintang serta pendakian berlumpur, menjadi bagian dalam perjalanan tim menuju lokasi banjir. Untuk mengantisipasi medan yang berat, relawan FPI-Hilmi juga membawa motor trail sebagai kendaraan.
“Berbagai tantangan yang dihadapi merupakan nilai tersendiri yang tak dapat terlukiskan. Ketika daya dan upaya sekuat tenaga menghadapi tantangan longsoran yang menurut analisa manusia tak mungkin ada yang bisa lolos menempuh perjalanan dengan medan seberat itu,” kata Ketua FPI Sulteng Ustadz Sugianto Kaimudin yang juga Ketua Majelis Taklim Khalid Bin Walid Poso.
Di tengah perjalanan tim sempat bertemu seorang warga, Rahmat Soeratinoyo yang mengatakan, kondisi medan sangat berat dan kemungkinan sangat sulit untuk bisa lolos, apalagi membawa motor. Perjalanan bisa tembus jika ditempuh dengan berjalan kaki. Itupun tentu memakan waktu berhari hari baru bisa sampai di lokasi banjir.

“Justru mendengar penuturan Rahmat membuat adrenalin tim relawan besikeras membuktikan bahwa kami relawan FPI – Hilmi bukanlah relawan kaleng-kaleng,” tutur Ustadz Anto sapaan Sugianto Kaimudin.
Berbekal semangat yang tinggi, perlahan namun pasti, tim relawan berupaya melawan tantangan. Kendati harus berjibaku dengan becek, tim terus merangkak dari satu longsoran ke longsoran lain dan akhirnya sampai di lokasi lembah yang dikenal dengan nama lembah HAE.
“Hari mulai menjelang malam. Di lembah HAE ini kemudian para relawan memesan Indomie telur dan nasi untuk persiapan buka puasa dengan sangat sederhana namun begitu nikmat terasa,” cerita Ustad Anto.
Usai berbuka puasa dan Sholat Magrib berjamaah, malam itu tim relawan yang dipimpin langsung Ustadz Sugianto Kaimudin menyepakati untuk melanjutkan perjalanan. Terlebih lagi dalam rombongan itu, ikut serta laskar cilik Moh.Daffa Dzakiy yang tak ketinggalam memberikan semangat untuk meneruskan perjalanan.

Sebelum melanjutkan perjalanan, ibu pemilik warung di lembah HAE sudah mengingatkan bahwa perjalanan kedepan akan lebih banyak tantangan. Karena selain melewati pendakian, juga akan banyak ditemui longsoran yang menutupi badan jalan.
“Namun itu tidak menyurutkan semangat tim relawan yang sudah berkobar untuk terus berjalan melewati rintangan demi satu tujuan ingin melihat langsung korban banjir bandang di Napu Lore Utara Kabupaten Poso sekaligus memberikan bantuan,” tambah Ustadz Anto.
Perjalanan malam kedua ternyata lebih mudah dibandingkan dengan perjalanan hari pertama. Setelah berjalan beberapa jam lamanya ditengah kondisi medan yang sulit serta kabut dingin pegunungan lembah Napu, tepat pukul 00.23 wita, tim relawan akhirnya tiba di Napu dan mencari tempat untuk menginap.
Namun ternyata muncul masalah baru. Karena rupanya tempat penginapan sederhana yang dituju tidak menerima rombongan tim relawan FPI – Hilmi. “Karena katanya kami dari Poso dan Poso sudah masuk zona merah penyebaran Covid 19,” imbuh Ustadz Sugianto sambil menambahkan saat itu rasa capek dan kantuk sudah beradu jadi satu bahkan para laskar sudah tidur di pinggir jalan.
Ditengah kegalauan karena tidak ada tempat menginap, beruntung ada sepasang suami istri yang siap memfasilitasi tempat penginapan dengan syarat membayar Rp 300 ribu untuk 7 orang.
Keesokan harinya pada 5 Mei 2020, tim relawan FPI – Hilmi kemudian langsung mendatangi beberapa desa yang terdampak banjir bandang dan melakukan asesment. Berdasarkan data yang dihimpun di lokasi banjir, Desa Banyusari Kecamatan Lore Utara merupakan desa yang kondisinya terparah diterjang banjir.
Di desa ini, sedikitnya 194 KK atau sekitar 679 jiwa warga yang rumahnya rusak terdampak banjir. “Bahkan areal perkebunan mereka juga rusak dan gagal panen akibat dihantam banjir bandang,” ujar Ustadz Anto.
Desa lain di Kecamatan Lore Utara yang juga terdampak dalam musibah banjir kali ini yakni Desa Wuasa 49 KK atau 163 jiwa, Desa Kaduaa 42 KK atau 189 jiwa, Desa Watumaeta 9 KK atau 36 jiwa dan Desa Alitupu 7 KK atau 27 jiwa.
Selain memporak porandakan sejumlah desa, banjir juga telah memutus jaringan air bersih yang ada di desa tersebut. “Karenanya saat ini warga sangat membutuhkan sembako, air bersih dan selimut,” tutur Ustadz Sugianto.
Disamping membantu proses evakuasi dan melakukan asessment, tim relawan juga menyerahkan bantuan berupa mie instan dan telur yang dananya merupakan patungan dari para relawan yang berangkat ke lokasi banjir.
“Kami minta bantuan FPI untuk menyalurkan bantuan sembako, air bersih dan selimut untuk warga kami,” ungkap Sekretaris Desa Banyusari Siti Fatimah saat menerima bantuan dari tim relawan.
Sambutan hangat dan penuh persaudaraan juga ditunjukkan kepala Desa Banyusari Budi Widiarto yang menerima relawan FPI – HILMI saat menyerahkan bantuan untuk masyarakat.
“Terima kasih kepada FPI Karena selama musibah ini baru FPI yang datang memberikan bantuan dari luar desa kami,” ungkap Kades.
Usai penyerahan bantuan FPI – Hilmi memutuskan untuk kembali ke Poso sambil menyiapkan para relawan untuk di berangkatkan kembali ke daerah bencana Kecamatan Lore Utara sekaligus membawa bantuan kemanusiaan untuk mereka yang sedang tertimpa musibah.
“Kami akan kembali lagi kesini untuk membawa bantuan. Semoga kita semua selalu dalam lindungan dan kasih sayang Allah SWT,” ungkap Ustadz Sugianto di hadapan Kades dan Sekdes Banyusari. (LEE)