POSONEWS, Poso – Akibat hujan deras yang terus mengguyur Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah sejak dua hari terakhir ini, membuat sungai meluap dan tanggul jebol, mengakibatkan sekira 100 hektar tambak di Desa Bega Kecamatan Poso Pesisir terendam banjir luapan.
Meluapanya sungai Puna, Poso Pesisir membuat tambak bandeng dan udang jebol serta terendam banjir setinggi dua hingga tiga meter di wilayah muara sungai Puna atau Moti milik warga Desa Bega Kecamatan Poso Pesisir.
Akibat ratusan hektar tambak terpendam banjir itu, sejumlah petani tambak udang serta bandeng diperkirakan mengalami kerugian mencapai puluhan juta rupiah perhektarnya serta terancam gagal panen saat menghadapi lebaran Idul Fitri 1441 Hijriah.
Jebolnya tanggul merupakan peristiwa yang kedua kalinya. Ikan bandeng dan udang faname unggulan petani tambak lenyap dibawa banjir serta sebagian mati karena terendam lumpur atau air tawar dari sungai.
Selain kerugian yang dialami, hanyutnya bandeng dan udang akibat banjir, pematang tambakpun mengalami rusak parah.
Haji Genda warga Desa Bega, salah satu petani tambak dan bandeng yang ada di Moti mengaku, dirinya mengalami kerugian besar hingga puluhan juta rupiah, karena tambak miliknya terendam banjir serta pematang tambak milinya mengalami rusak parah.
“Iya sekitar seratusan hektare tambak terendam banjir di wilayah Moti, sebagian siap panen, bibit baru yang terendam banjir, sehingga kita petani tambak mengalami kerugian besar, sehingga kita perlu uluran tangan pihak pemerintah karena,” ujarnya.
Informasi yang dihimpun di lapangan menyebutkan, tanggul atau tangkis jebol karena debit air sungai Puna cukup besar, sehingga meluap. Melihat tambak mereka terendam air, puluhan warga pun hanya bisa pasrah, seraya ramai-ramai bersama-sama metup tambak yang jebol yang masih bisa diperbaiki.
“Tidak ada korban jiwa, tapi kerugian akibat banjir ini ya ratusan juta rupiah, pasalnya benih ikan yang ditebar warga di tambak sebagian besar sudah siap panen” kata sejumlah petani tambak.
Warga petani tambak berharap danya bantuan pemerintah terkait permasalahan yang dialami mereka, karena banyak membutuhkan biaya untuk perbaikan tambak serta pembelian bibit atau benur. (RHM)